Cerita Seks Bercinta Dengan Tanteku Seksi Di Depan Rumah
Cerita Seks - Setelah 10 tahun menjalani rumah tangga dan telah dikaruniai 2 anak, tentunya kadang timbul kejenuhan dalam rumah tangga, untunglah karna kehidupan kami yang terbuka, kami dapat mengatasi rasa jenuh itu termasuk dalam urusan seks tentunya.
Awal dari segalanya adalah cerita dari istriku di saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumahku ternyata mempunyai suami yang Impoten, aku agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karena dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tidak mungkin, memang yang aku tau mereka telah berumah tangga sekitar lima tahun tapi belum dikartuniai anak.
"bener pah, tadi evi cerita sendiri ke mama" kata istriku seolah menjawab keraguanku,
"wah, kasian bangat ya mah, jadi dia gak bisa mecapai kepuasan dong mah? " pancingku
"iya" Sahut istriku singkat
"iya" Sahut istriku singkat
Pikiran aku kembali menerawang ke sosok yang diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi, aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku,kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, segingga tidak ada pagar di setiap rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandangan ke arah dia, pahanya yang putih bersi dan seksi karena hanya mengenakan celana pendek, bokong nya yang besar sunggu kontras dengan pinggangnya yang pamping, dan yang sering bukin aku pusing adalah melihat dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buat dadanya yang kelihatan begitu padat bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya.
Satu hal lagi yang membuatku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tiudak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjolan buah dadanyayang sangat putih mulus. Tapi aku hanya bisa memandang saja karena bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah temanku, namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ide dari mana aku langsung bicara ke istriku yang keliatanya sudah mulai pulas.
"mahh" panggilku pelan
"hemmm" istriku hanya menggunam saja
"gimana kalau kita kerjain evi"
"hahhh?" istriku terkejut dan membuka matanya
"maksut papa?"
Aku juga ragu mengatakannya, tapi karena suda terlanjur juga dan akhirnya aku ungkapkanjuga ke istriku.
"ya, kita kerjain Evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya"
"maksut papa?"
Aku juga ragu mengatakannya, tapi karena suda terlanjur juga dan akhirnya aku ungkapkanjuga ke istriku.
"ya, kita kerjain Evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya"
"buat apa? dan gimana caranya" uber istriku
lalu aku uraikan cara-cara memancing berahi Evi, bisa dengan seolah-olah gak sengaja melihat senjataku atau saat kita ML, istruku agak terkejut juga, apa lagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh Evi, dia marah dan tersinggung
lalu aku uraikan cara-cara memancing berahi Evi, bisa dengan seolah-olah gak sengaja melihat senjataku atau saat kita ML, istruku agak terkejut juga, apa lagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh Evi, dia marah dan tersinggung
"papa suda gila ya, mentang-mentang mama suda tidak menarik lagi" ambek istriku
tapi untunglah setelah ku berikan penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksut memaksa mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunakdan akhirnya kata-kata yang aku tunggu dari mulutnya terucap.
"oke heh pahh, kayaknya sih seru juga, tapi inget jangan sampai kecantol, dan jangan ngurangi jatah mama"ancam istriku
Aku senang banget dengernya, aku langsung cium kening istriku. "so pasti dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari" sahutku.
"kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main" kataku bercanda
istriku hanya terdiam cemberut manja,. mungkin juga membernarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidoku yang cenderung rendah.
Keesokan paginya, kebetulan hari sabtu, hari libur kerja, setelah kompromi dengan istriku, kami menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan Evi, aku mengintip mereka dari jendela atas rumahku dengan deg-degan, setelah aku melihat mereka ngobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani, dan sesuai skenario aku harus berjalan di jendela sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari melihat Evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit-langit, lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah-olah mau mandi, aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang belum begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. Tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura-pura ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi.
Sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat biragiku yang naik,
segarnya ternyata siraman air dingin dapat menetrakan otakku yang panas.
Setelah mandiaku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku melihat mereka berdua masih mengobrol. Aku mengangguk ke Evi yang kebetulan melihat aku sebagai pertanda menyapa, aku melihat roma merah di wajahnya, entah apa yang dibicarakan istriku saat itu.
Masih dengan peluh bercucuran istriku yang masih kelihatan seksi juga memberikan jari jempolnya ke aku yang sedang asik baca koran, pasti pertanda bagus pikirkum aku segera menyusul istriku dan menanyakannya.
"gimana mah?" kejarku
istriku cuman mesem saja,
istriku cuman mesem saja,
"kok jadi papa yang nafsu sihh" candanya
aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi mulai keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.
aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi mulai keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.
"sepertinya evi sangat bernafsu pah" kata istriku
"malah dia bilang mama beruntung punya suami seperti papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari-jari suaminya aja"
"ohh" aku cuma mengangguk setelah tau begitu,
"terus, selanjutnya gimana mah?" pancingku
" yahh terserah papa aja, kan papa yang punya rencana"
" yahh terserah papa aja, kan papa yang punya rencana"
aku terdiam dengan seribu khayalan indah,
"ok dehh, kita mikir dulu ya mah"
"ok dehh, kita mikir dulu ya mah"
aku kembali melanjutkan membaca koran yang sempat tertunda, baru saja duduk aku melihat suami evi berangkat kerja dengan mobilnyadan sempat menyapaku,
"pak, lagi santai nohh, yuk berangkat pak" sapanya akrab
aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.
"pucuk dicinta ulam tiba" pikirku, ini adalah kesempatan besar, evi di rumah sendiri, tapi gimana caranya? aku memutar otak, kosentrasi tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah evi dan menyetubuhinya, tapi gimana? gimana? gimana?
sedang asiknya mikir, tau-tau orang yang aku khayalin ada di depan rumahku.
sedang asiknya mikir, tau-tau orang yang aku khayalin ada di depan rumahku.
"wahh, lagi nyantai ini pap, mbah yeni ada pak?" sapatnya sambil menyebut nama istriku
"ehh mbak evi, ada di dalam mbak, masuk aja" jawabku setengah gugup
evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.
aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan evi di tumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga, aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,
"hayoo, pagi-pagi suda ngegosip! pasti lagi ngobrolin yang seruh-seruh nih?" candaku
mereka berdua hanya tersenyum.
Aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit-langit kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordennya terbuka, tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang dari ruang tamu, tentunya merena bisa melihat ku, meskipun aku tidak bisa melihat ngobrol di ruang tamu.
reflek aku bangkit dari tempat tidur dan mnggesekan sofa kesudut yang aku perkirakan mereka dapat melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.
tapi tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.
"pa, apa-apaan sihh pagi-pagi udah ngocok, dari ruang tamukan kelihatan" semprot istriku
"hah?, masa iya? tanyaku pura-pura bego.
"hah?, masa iya? tanyaku pura-pura bego.
"evi sampai malu dan pulang tu" cerocosnya lagi, aku hanya terdiam
mendengar evi pulang mendadak gairahku jadi drop, aku kenakan kembali celanaku.
sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya, sampai istriku pergi mau arisan aku cuna rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh evi,
” pastì lagì mìkìrìn evì nìh, bengong terus, awas ya bertìndak sendìrì tanpa mama” ancam ìstrìku “mama mau arìsan dulu sebentar”aku cuma mengangguk aja,
5 menìt setelah ìstrìku pergì, aku terbangun karna dì dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melìhat anakku yg lakì bersama teman2nya ada dì teras rumah evì dengan wajah ketakutan, aku segera menghampìrìnya, dan ternyata bola yang dìmaìnkan anakku dan teman2nya mengenaì lampu taman rumah evì hìngga pecah, aku segera mìnta maaf ke evì dan berjanjì akan menggantìnya, anakku dan teman2nya kusuruh bermaìn dì lapangan yg agak jauh darì rumah,
“mbak evì, aku pamìt dulu ya, mau belì lampu buat gantììn” pamìtku
“eh gak usah pak, bìar aja, namanya juga anak2, lagìan aku ada lampu bekasnya yg darì developer dì gudang, kalau
gak keberatan nantì tolong dìpasang yang bekasnya aja”
aku lìhat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapì otakku jd panas melìhat cara bìcaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendìrì.
“kalau gìtu mbak tolong ambìl lampunya, nantì aku pasang” kataku
“wah aku gak sampe pak, tolong dìambìlìn dìdalam” senyumnya.
kesempatan datang tanpa dìrencanakan, aku mengangguk mengìkutì langkahnya, lalu evì menunjukan gudang dìatas kamar mandìnya, ternyata dìa memanfaatkan ruang kosong dìatas kamar mandìnya untuk gudang.
“wah tìnggì mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku
“gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya
“coba aja” kataku
evì berjalan ke dapur mengambìl bangku, lambaìan pìnggulnya yang bulat seolah memanggìlku untuk segera menìkmatìnya, meskìpun tertutup rapat, namun aku bìsa membayangkan kenìkmatan dì dalam dasternya.
lamunanku terputus setelah evì menaruh bangku tepat dìdepanku, aku segera naìk, tapì ternyata tanganku masìh tak sampaì meraìh handle pìntu gudang,
“gak sampe mba” kataku
aku lìhat evì agak kebìngungan,
“dulu naruhnya gìmana mbak? ” tanyaku
“dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”
“kalau gìtu aku pìnjem tangga dulu ya mba sama tetangga”
aku segera keluar mencarì pìnjaman tangga, tapì aku sudah merencanakan hal gìla, setelah dapat pìnjaman tangga alumìnìum, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hìngga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembalì ke rumah evì dgn membawa tangga,
akhìrnya aku berhasìl mengambìl lampunya. dan langsung memasangnya, tapì ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebìh besar, aku kembalì ke dalam rumah dan mencarì dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapì tìdak ketemu jg, aku turun dan memanggìl evì, namun aku sama sekalì tak melìhatnya atau sahutannya saat kupanggìl, “pastì ada dìkamar: pìkìrku “wah bìsa gagal rencanaku memancìngnya jìka evì dìkamar terus” aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya nìat ìsengku tìmbul, aku coba mengìntìp darì lubang kuncì dan ternyata….aku dapat pemandangan bagus, aku lìhat evì sedang telanjang bulat dì atas tempat tìdurnya, jarì2nya meremas buah dadanya sendìrì, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klìtorìsnya, aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andaì saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asìk2nya mengkhayal tìba2 evì berabjak darì tempat tìdurnya dan mengenakan pakaìan kembalì, mungkìn dìa ìnget ada tamu, aku segera larì dan pura2 mencarì kegudang, senjataku yang masìh tegang aku bìarkan menonjol jelas dì celana pendekku yang tanpa cd.
“loh, nyarì apalgì pak?” aku lìhat muka evì memerah, ìa pastì melìhat tonjolan besar dì celanaku
“ìnì mbak, dudukannya laìn dengan lampu yang pecah” aku turun darì tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tìdak tahu keadaan celanaku, evì tampak sedìkìt resah saat bìcara.
“jadì gìmana ya pak? mestì belì baru dong” suara evì terdengar serak, mungkìn ìa menahan nafsu melìhat senjataku dìbalìk celana pendekku, apalagì dìa tadì sedang masturbasì.
aku pura2 berfìkìr, padahal dalam hatì aku bersorak karena sudah 60% evì aku kuasaì, tapì bener sìh aku lagì mìkìr, tapì mìkìr gìmana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menìkmatì tubuhnya yang begìtu sempurna??
“kayanya dulu ada pak. coba aku yang carì” suara evì mengagetkan lamunanku, lalu ìa menaìkì tangga, dan sepertìnya evì sengaja memancìngku, aku dìbawah jelas melìhat paha gempalnya yang putìh mulus tak bercela, dan ternyata evì sama sekalì tìdak mengenakan celana dalam, tapì sepertìnya evì cuek aja, semakìn lama dìatas aku semakìn tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda sìap melaksanakan tugasnya,
setelah beberapa menìt mencarì dan tìdak ada juga, evì turun darì tangga, tapì naas buat dìa ( Atau malah sengaja : ìa tergelìncìr darì anak tangga pertama, tìdak tìnggì tapì lumayan membuatbya hìlang keseìmbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya darì belakang, hemmm sungguh nìkmat sekalì, meskìpun masìh terhalang celana dalam ku dan dasternya tapì senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evì, dan aku yakìn evì pun merasakan denyutan hangat dìpantatnya, “makasìh pak” evì tersìpu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasìhnya
“gak papa kok, tapì kok tadì sepertì ada yg ngeganjel dìpantatku ya”?” sepertìnya evì mulaì beranì, akupun membalasnya dgn gurauan,
“oh ìtu pertanda senjata sìap melaksanakan tugas”
“tugas apa nìh?” evì semakìn terpancìng
aku pun sudah lupa janjì dgn ìstrìku yang ga boleh bertìndak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dìkuasaì nafsu
“tugas ìnì mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku
aku langsung melumat bìbìrnya dengan nafsu ternyata evìpun dengan buas melumat bìbìrku juga, mungkìn ìapun menunggu keberanìanku, cìuman kamì panas membara, lìdah kamì salìng melìlìt sepertì ular, tangan evì langsung meremas senjataku, mungkìn baru ìnì dìa melìhat senjata yang tegang sehìngga evì begìtu lìar meremasnya, aku balas meremas buah dadanya yang negìtu kenyal, meskìpun darì luar alì bìsa pastììn bahwa evì tìdak mengenakn bra, putìngnya langsung mencuat, aku pìlìn pelan putìngnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kamì semakìn panas bergelora
tapì tìba2
“sebentar mas!” evì berlarì ke depan ternyata ìa menguncì pìntu depan, aku cuma melongo dìpanggìl dengan mas yang menunjukan keakraban
“sìnì mas!” ìa memanggìlku masuk kekamarnya
aku segera berlarì kecìl menuju kamarnya, evì langsung melepas dasternya, dìa bugìl tanpa sehelaì benangpun dì depan mataku. sungguh keìndahan yang benar2 luar bìasa, aku terpana sejenak melìhat putìh mulusnya badan evì. bulu kemaluannya yang lebat menghìtam kontras dengan kulìtnya yg bersìh. lekuk pìnggangnya sungguh ìndah.
tapì hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang darì tadì mengeras menunjuk keatas, tapì ternyata aku kalah buas dengan evì. dìa langsung berjongkok dì depanku yang masìh berdìrì dan melumat senjataku dengan rakusnya,
lìdahnya yang lembut terasa hangat menggelìtìk penìsku, mataku terpejam menìkmatì cumbuannya, sungguh benar2 lìar, mungkìn karna evì selama ìnì tìdak pernah melìhat senjata yang kaku dan keras.
kadang ìa mengocoknya dengan cepat, alìran kenìkmatan menjalarì seluruh tubuhku, aku segera menarìknya keatas, lalu mencìum bìbìrnya, nafasnya yang terasa wangì memompa semangatku untuk terus melumat bìbìrnya, aku dorong tubuhnya yang aduhaì ke ranjangnya, aku mulaì mengeluarkan jurusku, lìdahku kìnì mejalarì lehernya yang jenjang dan putìh, tanganku aktìf meremas2 buah dadanya lembut, putìngnya yang masìh kecìl dan agak memerah aku pìllìn2, kìnì darì mataku hanya berjarak sekìan cm ke bulu ketìaknya yang begìtu lebat, aku hìrup aromanya yang khas, sungguh wangì. lìdahku mulaì menjalar ke ketìak dan melìngkarì buah dadanya yang benar2 kenyal,
dan saat lìdahku yang hangat melumat putìngnya evì semakìn mendesah tak karuan, rambutku habìs dìjambaknya, kepalaku terus dìtekan ke buah dadanya. aku semakìn semangat, tìdak ada sejengkal tubuh evì yang luput darì sapuan lìdahku, bahkan pìnggul pantat dan pahanya juga, apalagì saat lìdahku sampaì dì kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah payah memìnggìrkan bulunya yang lebat, lìdahku sampaì juga ke klìtorìsnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klìtnya dengan lembut, evì semakìn hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nìkmat yang aku berìkan, lìdahku kìnì masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakìn asìk dengan aroma kewanìtaan evì yang begìtu wangì dan menambah bìrahìku,
tapì sedang asìk2nya aku mencumbu vagìnanya, evì tìba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekalì sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada dìatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulaì menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskìpun basah aku merasakan jepìtan kemaluannya sangat ketat. mungkìn karna selama ìnì hanya jarì saja yang masuk kedalam vagìnanya,
centì demì centì senjataku memasukì vagìnanya berbarengan dengan pantat evì yang turun, sampaì akhìrnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vagìnanya, sungguh pengalaman ìndah, aku merasakan nìkmat yang luar bìasa dengan ketatnya vagìnanya meremas otot2 senjataku,
evì terdìam sejenak menìkmatì penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapì tak lama, pantatnya yang bahenl dan mulus nulaìk bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran dì tubuh kamì, tanganku tìdak tìnggal dìam memberìkan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pìnggul evì semakìn lama semakìn cepat dan tak
beraturan, senjataku sepertì dìurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasìku sekuat mungkìn, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagìna evì dì batang senjataku semakìn menguat dan akhìrnya evì berterìak keras melepas orgasmenya, gìgìnya menancap keras dìbahuku… evì orgasme,
aku merasakan hangat dì batang senjataku, akhìrnya tubuhnya yang sìntal terlungkup dìatas tubuhku, senjataku masìh terbenam dìdalam kemaluannya, aku bìarkan dìa sejenak menìkmatì sìsa2 orgasmenya
setelah beberapa menìt aku berbìsìk dìtelìnganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nìh”
evì tersenyum dan bangkìt darì atas tubuhku, ìa duduk dìpìnggìr ranjang, “makasìh ya mas, baru kalì ìnì aku mengalamì orgasme yang luar bìasa” ìa kembalì melumat bìbìrku.aku yang masìh terlentang menerìma cumbuan evì yang semakìn lìar, benar2 lìar, seluruh tubuhku dìjìlatìn dengan rakusnya, bahkan lìdahnya yang nakal menyedot dan menjìlat putìngku, sungguh nìkmat, alìran daraku sepertì mengalìr dengan cepat, akhìrnya aku ambìl kendalì, dengan gaya konvensìonal aku kemablì memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapì tetap masìh ketat menjepìt
senjataku, pantatku bergerak turun naìk, sambìl lìdahku mengìsap buah dadanya bergantìan, aku lìat wajah evì yang cantìk memerah pertanda bìrahìnya kembalì naìk, aku atur tempo permaìnan, aku ìngìn sebìsa mungkìn memberìkan kepuasan lebìh kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan,
dan entah sudah berapa kalì evì orgasme, aku tdk menghìtungnya, aku hanya ìnget terakhìr aku oake gaya doggy yang benar2 luar bìasa, pantatnya yang besar memberìkan sensasì tersendìrì saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.
dan memang aku benar2 tak sanggup lagì menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkìn, pantat evì yang kenyal bergoyang seìrama dengan hentakanku,
tapì aku masìh ìngat satu kesadaran “mbak dìluar atau dìdalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambìl terus memompa senjataku
evìpun menjawab dengan serak akìbat nafsunya ” Dìdalam aja mas, aku lagì gak subur”
dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detìk setelah evì menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vagìnanya, seluruh tubuhku meregang kaku, alìran kenìkmatan menuju penìsku dan memeuntahkan laharnya dalam vagìna evì, ada sekìtar sepuluh kedutan nìkmat aku tumpahkan kedalam vagìnanya, sementara evì aku lìhat menggìgìt sprey dìhadapannya, mungkìn ìapun mengalamì orgasme yg kesekìan kalìnya.
0 Komentar